PETANI KEMBANGKAN TANAMAN ORGANIK DI KARO

12 June 2020




Hamparan hijau sayur organik terbentang luas dilahan sekitar 3.000 meter milik Serta Tarigan di desa Mulia Rayat, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Beragam jenis sayur organik dapat ditemukan ditempat yang sejuk ini seperti terong, bayam, sawi pahit, wortel. Semua jenis sayur organik ini ditanam dengan cara tumpang sari oleh Serta Tarigan.

Perempuan berusai 54 tahun ini baru tiga tahun beralih menjadi petani organik di Kabupaten Karo. Sebelumnya, Serta adalah petani non-organik yang kerap menggunakan zat kimia untuk menyuburkan tanaman sayur.

Ibu empat orang anak ini mengakui bahwa selama menjadi petani non-organik tidak begitu menggembirakan karena penghasilannya cukup hanya untuk makan. Serta menambahkan berbeda saat dirinya beralih menjadi petani organik, kehidupannya semakin membaik karena penghasilannya lebih besar.

“Puluhan tahun saya menjadi petani non-organik, penghasilan tidak lebih dari Rp 3 juta sebulan. Jauh beda ketika saya beralih ke tanaman organik sejak 2012, penghasilan saya bisa mencapai Rp 4 juta lebih sebulan,” kata Serta Tarigan kepada saya belum lama ini.   

Serta menuturkan hasil dari bertani tanaman organik bisa digunakan untuk menyekolahkan anak hingga sampai perguruan tinggi. Serta juga mengatakan dirinya tidak lagi gampang sakit sejak beralih menjadi petani organik.

“Dulu saya sering sakit akibat sering gunakan pestisida saat menyemprot tanaman sayur. Kini, saya cukup sehat dengan menanam sayur organik karena tanpa zat kimia,” kata Serta sembari menambahkan untuk menyuburkan tanaman organik hanya dibutuhkan pupuk kompos.

Agus Suwanto Munthe, 45, petani organik lainnya dari desa Pengambatan menyatakan sejauh ini belum banyak petani di Karo yang beralih ke tanaman organik. Agus menyatakan hal ini dikarenakan sudah sejak lama petani di daerah ini terbiasa menanam sayur dan buah-buahan dengan bantuan zat kimia untuk menyuburkannya. Padahal, sebut Agus, menanam sayur dan buah organik lebih gampang dibanding non-organik. Hanya saja, aku Agus, masalah tanaman organik ada di musim hujan.

“Terlalu tinggi curah hujan tidak baik untuk tanaman organik karena hasil panennya sedikit, yang banyak justru rumputnya,” terang Agus yang sejak tiga tahun terakhir ini menjadi petani organik. Beragam jenis tanaman organik telah ditanamnya antara lain cabai, brokoli, kacang tanah, kol putih.

Pembimbing Kelompok Tani Organik “Indah Lestari” di Karo, Marsion Situngkir menerangkan secara umum tanaman organik baru dikembangkan di kalangan petani Karo sejak tahun 2012. Marsion menyebut untuk saat ini jumlah petani organik di daerah ini ada 16 orang, seluruhnya tergabung dalam Kelompok Tani Organik “Indah Lestari”. Marsion menyebut tiga tahun berjalan kelompok tani ini telah mendapat sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Organik Seluliman dari Kementerian Pertanian tahun 2015.

Marsion mengungkap luas tanaman organik di Kabupaten Karo saat ini ada sekitar 5 hektar mencakup di enam desa yaitu Mulia Rayat, Aek Papo, Regaji, Pangambatan, Naga Lingga, Aek Hotang.

Marsion menuturkan ada 58 jenis tanaman sayur dan buah-buahan yang dibudidayakan dengan sistem organik di Karo. Marsion menyatakan budidaya dengan sistem organik ini murni mengandalkan bahan-bahan alami ramah lingkungan. Marsion menyebut hampir setiap minggu ada petani yang memanen sayur dan buah organik.

“Hasil panen bisa mencapai 1 sampai 1,5 ton per minggu. Seluruh hasil panen sudah ada yang menampung dengan harga tinggi,” kata Marsion sembari menerangkan sejauh ini hasil panen sayur dan buah organik dari Karo dipasarkan oleh sebuah perusahaan swasta Taman Simalem Resort ke Jakarta, Palembang, Batam, Pekanbaru, Medan.

Marsion menyatakan tahun depan hasil tanaman organik dari Karo akan dipasarkan ke Singapura dan Malaysia. Marsion menjelaskan pemasaran ini dilakukan Taman Simalem Resort karena perusahaan swasta ini yang membantu seluruh keperluan petani organik di Karo. 

“Petani hanya menyiapkan lahan dan tenaga saja, selebihnya dibantu oleh Taman Simalem Resort termasuk bibit, pupuk dan keperluan lainnya,” tandas Marsion.

Kepala Seksi Pemasaran dan Pengolahan Hasil Hortikultura Dinas Pertanian Karo, Meri Kristina Kaban, saat dikomfirmasi, mengakui bahwa petani organik di daerah mereka masih sedikit dibanding petani non-organik yang jumlahnya mencapai ribuan. Meri menyatakan ada banyak faktor yang menyebabkan petani di daerah mereka kurang berminat beralih ke tanaman organik diantaranya sulit memasarkan hasil panen tanaman organik dan keterbatasan lahan.

“Ini masalahnya kenapa petani organik kita sedikit, permasalahan ini menyulitkan kita mengembangkan tanaman organik di Karo,” kata Meri.